Jumat, 02 Oktober 2009

“JOHAN (JODOH DALAM TUHAN)” PART-2

IX. PERSAINGAN DALAM MENCARI PACAR
Pada dasarnya di Alkitab, tidak ada putra Allah yang mencari jodoh dengan persaingan, contoh: Ishak, musa, petrus, dll. Tidak pernah disebutkan dalam Alkitab bahwa mereka bersaing memperebutkan jodoh. Mereka semua mendapat jodoh dari Tuhan dengan tenang tanpa adanya pertengkaran karena Allah pada dasarnya tidak menghendaki kekacauan (1kor14:33). Hanya orang berdosa yang ada persaingan, bahkan dengan cara-cara yang jahat dan berdosa, contoh: Herodes (Mark6:17-18).
Sistem pembuahan antara sel sperma dan sel telur yang dibuat Tuhan dapat menjadi contoh bagi kita dalam mencari jodoh. Sel sperma yang sehat keluar dalam jumlah rata-rata 20juta sperma per milimeter cairan. Dari berjuta-juta sel sperma yang dikeluarkan, hanya 200 sel sperma yang bisa mencapai sel telur di tuba falopi (saluran indung telur). Dari jumlah ini, hanya satu sel sperma yang beruntung bisa membuahi sel telur (Kompas, Sabtu, 5 September 2009). Artinya adalah, jika belum waktunya mencari jodoh, biasanya akan banyak pesaing, tetapi jika sudah waktunya, pesaing itu akan luluh sendiri dan kita akan tampil jadi pemenang, tanpa harus bersaing. Prinsipnya adalah:
- jangan beranggapan bahwa orang yang kita suka harus menjadi milik kita karena dia juga punya kehendak bebas dan belum tentu itu jodoh kita. Lebih baik menganggap teman. Jika tidak dapat, kita tidak akan merasa sakit hati.
- jangan marah, dengki, dll jika ada yang mendekati. Jika kita sudah siap dalam mencari jodoh, maka “pesaing” kita akan mundur dengan sendirinya. Bila Tuhan yang membuka pintu, tidak ada satupun yang dapat menutupnya(Wah3:7).
- Prinsip “selama janur kuning belum melengkung, masih dapat dikejar” adalah prinsip SESAT. Prinsip ini memicu persaingan yang Tuhan tidak kehendaki. Apalagi Jika orang yang kita suka sudah menjadi milik orang lain, maka kita TIDAK BOLEH mendekati lagi. Berarti orang tersebut bukan jodoh kita. Hanya kasus khusus jika dia putus, kemudian menjadi milik kita. Jika kita dekati, maka kita menjadi orang ketiga. Ini berarti kita adalah alat setan. Bahasan ini akan dibahas di bagian XIV.
X. BATASAN DALAM BERPACARAN
Dalam berpacaran, kita harus punya batasan karena belum menikah. Setelah menikah, batasan tersebut akan luntur dan kita bebas memiliki pasangan kita seutuhnya. Orang yang mengasihi pasangannya pasti akan menjaga pasangannya seperti menjaga dirinya sendiri (Gal5:14, Ef5:28,29). Justru orang yang menginginkan fisik kita adalah orang yang benci pada kita, contoh: Amnon dan Tamar (2Sam13:1-17). Batasan ini salah satu kunci agar pacaran kita dapat menjadi berkat. Kita harus tahu bahwa hubungan kita bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi juga orang lain. Jangan sampai orang lain melihat lalu menjadi tersontoh (Rom2:24), Tuhan akan hukum kita. Pacaran yang baik itu bisa menjadi berkat dan teladan bagi semua orang yang melihatnya. Contoh: Priskila dan Akwila (Rom16:3,4). Ada dua batasan yang membatasi kita memiliki pasangan kita seutuhnya, yaitu:
a. Batasan Umum
Ini adalah batasan-batasan yang harus dipelihara agar pacaran tetap dalam terang Firman Tuhan dan iblis tidak beroleh keuntungan atas hubungan ini karena kita tahu maksudnya(2Kor2:11). Adapun batasan umum ini adalah:
- Berciuman
Dalam segi apapun, keadaan apapun dan dimanapun letak ciumannya, TIDAK BOLEH dilakukan berciuman karena ini adalah rangsangan luar biasa yang bisa merusak pikiran, sehingga timbul perbuatan perzinahan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Titik rangsangan pada wanita adalah di leher, telinga, bibir, kaki, dan pergelangan tangan. Jadi, jangan sekali-kali berciuman (Kid8:4). Nanti jika sudah menikah, berciuman tiap menit tidak apa-apa, bebas.
- Pegangan Tangan. Hal ini masih boleh jika keadaan darurat, misal: penyeberangan, berjalan dipinggir jalan umum, dll. Tangan ini juga merupakan salah satu titik rangsangan. Jadi, jangan dilakukan, kecuali sudah bertunangan masih boleh dalam batas-batas yang wajar.
- Berangkulan.
Hal ini jangan dilakukan karena dapat menimbulkan kesan tidak baik serta dapat memicu pikiran yang kotor. Dalam keadaan darurat, misal: tersandung mau jatuh, berboncengan di sepeda motor, dll masih boleh dirangkul dalam batas yang wajar karena pikiran yang suci, semuanya suci (Tit1:15), tetapi jangan dijadikan kesempatan. Jadi, hal darurat ini tidak akan membuat kita terangsang jika kita memiliki pikiran Kristus.
b. Batasan Pribadi
Batasan ini pada masing-masing orang tidak sama. Hal ini menurut hati dan pikiran masing-masing orang. Jika hati kita menyalahkan kita (1Yoh3:19-21), maka jangan diteruskan agar pikiran tetap suci dan tidak timbul dosa. Walaupun hanya berpegangan tangan, tetapi jika pikiran mulai kotor, serta hati tidak tenang, kita harus melepaskannya. Memandang saja bisa menjadi dosa jika ada nafsu dagingnya karena dosa pikiran adalah dosa di mata Allah (Mat5:28). Batasan ini hanya orang tersebut yang mengetahui dalam hatinya, serta berbeda-beda setiap orang. Roh Kudus akan memberitahu yang salah jika kita mau menurut dan dengar-dengaran suara Roh, sehingga mencegah kita berbuat dosa (Yoh14:26, 16:13).
XI. KONFLIK DALAM BERPACARAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pacaran identik dengan peperangan untuk menyatukan sifat dan latar belakang yang berbeda. Prinsip manajemen konflik adalah jangan biarkan sampai esok hari (Ef4:26). Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat6:34b). Salah satu harus mau mengalah. Jika ada perasaan tidak enak, jangan didiamkan, kita harus bersikap terbuka pada pasangan kita, sekecil apapun masalah itu. Masalah yang dipendam itu seperti bom waktu yang waktu-waktu akan meledak dan kerusakannya akan sangar besar (Ams6:27). Selain itu, harus mau mengampuni 70x7 kali (Mat18:22). Ada 3 jenis konflik dan penanganannya, yaitu:
a. Konflik Perbedaan Pendapat atau Sudut Pandang
Sebagai makhluk bebas, kita bisa melihat suatu perkara dari berbagai macam sudut pandang, apalagi dari latar belakang yang berbeda. Tuhan tidak suka dengan perbedaan pendapat karena dapat memicu keretakan (1Kor1:10, Fil2:1-4). Jika terjadi perbedaan pendapat, jangan langsung marah, tetapi bicarakan baik-baik sambil minta hikmat Roh Kudus karena Dia sanggup membawa kita kepada seluruh kebenaran (Yoh16:13). Sifat saling mengalah sangat diperlukan untuk menghindari perdebatan karena kita tidak boleh berdebat seperti layaknya orang dunia (1Kor11:16, Fil2:14).
b. Konflik Nasihat atau Teguran
Jangan takut dengan konflik ini karena Tuhan mengajarkan kita untuk tidak menjadi anjing kelu (Yes5:10). Jika pasangan kita salah, harus dinasihati agar kembali pada jalan Firman Tuhan, tetapi harus dengan kasih yang timbul dengan hati yang suci (1Tim1:5). Contohnya: Paulus dan Petrus(Gal2:11-14), Daud dan Abigail (1sam25:23-35). Jangan menegur pasangan kita di depan umum (Mat18:15, ams25:9), itu berarti mempermalukan dia. Jika memang pasangan kita tetap keras hati, barulah kita ajak saksi (Mat18:16,17). Orang yang mulutnya bisu, Tuhan akan hukum(Yer48:10), tetapi yang menegur dengan kasih ilahi, Tuhan yang akan mendamaikannya (Ams16:7). Dalam memberi nasihat atau teguran, minta kata-kata Roh Kudus agar tepat sasaran(ams15:23, Pngkh3:7b), jangan emosi(ams15:1), nanti Roh Kudus yang akan menjamah pasangan kita, sehingga matanya bisa melihat yang benar dan yang salah.
c. Konflik Manusiawi
Ini konflik karena adanya tubuh daging, yaitu konflik sehari-hari secara jasmani. Konflik ini masih mungkin terjadi, tetapi grafiknya harus menurun sampai nol. Contoh: konflik karena terlambat menelepon, dll. Jika pasangan kita marah, kita tidak boleh ikut marah meskipun benar, tetap jawab dengan lembut hati agar amarah itu reda (Ams14:17, 15:1,18). Prinsip dipakai di segala jenis konflik. Apabila marah dibalas marah, yang bekerja Iblis, dia akan mengadu domba sampai timbul perpecahan.
XII. MANAJEMEN CEMBURU
a. Cemburu Ilahi
Ini adalah cemburu untuk perkara-perkara rohani, seperti yang dilakukan Paulus (2Kor11:2-4). Kita harus mempunyai cemburu ini karena hakikat pacaran adalah pertumbuhan sampai jadi seperti Kristus. Contoh: jika pasangan kita jarang berdoa. Kita harus menasihati karena kita cemburu untuk perkara rohani. Jangan sampai Tuhan tidak menempati posisi pertama dihati pasangan kita. Cemburu ini penting untuk saling menguatkan dan menumbuhkan satu sama lain. Orang yang tidak punya cemburu ilahi berarti belum mengasihi pasangannya dengan sepenuh hati. Kita mengasihi bukan dengan cara dunia yang hanya mementingkan perkara-perkara di dunia ini saja, tetapi tidak memikirkan nasib pasangannya apakah masuk sorga atau tidak. Akibat orang yang tidak punya cemburu ilahi adalah lebih bersifat permisif, contoh: jarang berdoa tidak apa-apa, tidak ke gereja tidak apa-apa, bicara kasar sedikit tidak apa-apa dll. Akhirnya iblis masuk menggoyahkan kesetiaan pasangan kita sampai undur dari Tuhan (2Kor11:3). Milikilah cemburu ilahi untuk meningkatkan kualitas hubungan berpacaran kita.
b. Cemburu manusiawi
Cemburu manusiawi adalah cemburu untuk perkara-perkara manusiawi, seperti penyelewengan, ada laki-laki atau perempuan lain, dll. Dalam perjanjian lama (Bil5:11-31), orang yang ada roh cemburu tidak boleh main hakim sendiri, harus dihadapkan ke imam dan Tuhan yang akan menentukan apakah benar ada penyelewengan atau tidak. Perempuan yang berlaku serong harus meminum air pahit dengan segala persyaratannya. Jika ternyata terbukti bersalah, maka badannya akan sakit, perutnya mengembung dan pahanya mengempis, serta tidak bisa beranak (Bil5:27,28). Cemburu manusiawi banyak mengguncang hubungan pacaran, bahkan bisa putus jika tidak ada pengelolaan yang baik. Pasangan anak Tuhan tidak sama dengan orang dunia yang main hakim sendiri, langsung frontal menuduh sembarangan, dll, seperti yang ada di televisi. Anak Tuhan harus sabar dan mempunyai sifat PERCAYA akan perkataan pasangannya. Jika hati kita mulai ada perasaan cemburu, jangan ditutupi atau langsung meledak, tetapi bicarakan baik-baik pada pasangannya. Prinsip Pacaran adalah kasih Ilahi, keterbukaan, kepercayaan, kesabaran, dan kesetiaan. Apapun perkataan pasangan kita, harus PERCAYA, sambil menyerahkan perkara tersebut pada Imam Besar, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dia yang akan menyatakan kebenarannya.
Hati-hati jika pacaran dengan orang yang cinta Tuhan. Dia adalah biji mata Tuhan (Zak2:8). Jika menyakiti biji mata Allah, berarti mengganggu Allah, jangan macam-macam dengan Allah, Mata Tuhan tidak pernah tertidur (Ams15:3). Hukuman untuk orang yang menyakiti anakNya tidak main-main (bil5:27,28). Jadi dalam soal cemburu, jangan main hakim sendiri, tidak akan berhasil, malah iblis bekerja mengadu domba, akhirnya hubungan berpacaran retak, bahkan pecah. Serahkan saja pada Tuhan, Dia yang akan bertindak untuk kita (Maz37:5).
Bagaimana jika terbukti ada penyelewengan?kita tetap ampuni sambil berdoa minta hikmat Tuhan apakah diputuskan hubungannya atau tidak. Selain itu, tanyalah pada orang tua karena dia adalah wakil Allah, serta minta pendapat pemimpin rohani karena dia yang berjaga-jaga atas jiwa kita(Ibr13:17). Jangan ambil keputusan sendiri. Dalam memutuskan juga harus baik-baik, karena setelah tidak berpacaran lagi, kita masih dapat berteman sebagai saudara seiman.
XIII. ULANG TAHUN HUBUNGAN BERPACARAN
Ulang tahun dalam berpacaran jika dilihat pada sisi yang berbeda akan mempunyai makna penting, sedangkan jika dilihat sepintas lalu memang tidak penting karena di Alkitab tidak ada perayaan ulang tahun bagi anak Allah, hanya orang berdosa. Contoh: Herodes merayakan ulang tahun dengan pembunuhan (Mat14:6). Untuk lebih jelasnya dapat membaca buku “Tradisi dan Kebiasaan” karangan Pdt.Jusuf BS. Ulang tahun tidak bisa dikatakan dosa karena tidak ada ayat eksplisitnya, tetapi jika dilihat dari sisi yang berbeda, maka masih ada maknanya, yaitu Evaluasi dan Perencanaan (Rom15:4).
Pada saat ulang tahun, kita bisa berdoa minta Roh Kudus mengevaluasi selama 1 tahun ini. Bagaimana hubungan berpacaran?seberapa sering bertengkar?bagaimana sifat kita?bagaimana hubungan dengan Tuhan?dll. Hal ini mutlak perlu doa dan periksa diri, baik secara pribadi, maupun bersama pasangan, mungkin bertemu di restoran sambil mengevaluasi hubungan berpacaran agar ke depan Kualitas hubungan menjadi lebih baik, bisa juga dengan doa bersama, dll. Roh Kudus akan membawa kepada seluruh kebenaran (Yoh16:13).
Setelah dievaluasi, kita membuat komitmen untuk meningkatkannya di tahun ke depan. Komitmen tersebut harus didukung dengan check up harian atau mingguan atau bulanan apakah ada peningkatan atau tidak. Kita harus merencanakan pertumbuhan apa yang harus dilakukan di tahun yang baru agar kualitas berpacaran terus meningkat sampai pernikahan makin sempurna.
Ada 4 hasil dalam ulang tahun, yaitu: naik tangga (Luk2:52KJV, 1Sam2:26). Ini adalah Goal dalam berpacaran. Ayat ini diharapkan muncul dalam evaluasi hubungan. Ada 3 kata penting pada ayat ini, yaitu: Hikmat, artinya perkara rohani yang terus meningkat. Apakah selama berpacaran rohani sama-sama bertumbuh?apakah sifat Kristus terus meningkat?dll. Dewasa secara fisik, artinya sudah jelas, secara umur berpacaran bertambah, secara fisik juga berubah. Diharapkan umur berpacaran tidak kandas ditengah jalan, tetapi langgeng sampai pernikahan yang kudus. Kasih dengan Allah dan Manusia, artinya Hubungan berpacaran harus jadi berkat bagi sekeliling kita. Apakah pacaran kita jadi berkat/teladan bagi sekeliling kita, terutama orang didekat kita (Luk2:52ISV, fellow man= Pengikut (orang dekat)). Hasil yang kedua adalah Tetap tidak ada perubahan dari segi apapun kecuali Dewasa secara fisik. Jika hal ini terjadi, evaluasi hubungan dengan Tuhan (saat teduh, ibadah, pelayanan, dll). Biasanya mempengaruhi karena rohani loyo, maka imbasnya di pacaran. Jangan sampai dari tahun ke tahun tetap tidak ada pertumbuhan. Contoh: dari tahun ke tahun pertengkaran selalu seminggu 3 kali, tidak pernah berkurang, kekanak-kanakan terus, dll. Hasil yang ketiga adalah turun tangga. Ini bahaya karena bisa timbul hubungan yang pecah karena tidak ada pertumbuhan, malah merosot. Ada sesuatu yang salah dalam hubungan berpacaran. Hasil yang keempat adalah keluar tangga, yaitu undur dari Tuhan. Jangan sampai pacaran malah membuat undur dari Tuhan. Dahulu kegereja, sekarang ke galaxy mall tidak ke gereja lagi. Jangan membuat hari yang lalu lebih baik dari yang sekarang, tetapi buatlah hari ke depan lebih baik dari hari ini (Pngkh7:10).
Diharapkan jika ada kekurangan segera perbaiki, jangan tunggu rusak sampai undur dari Tuhan, akan sulit untuk diperbaiki. Ulang tahun harus ada makna pentingnya, bukan sekedar perayaan seperti orang dunia yang menghasilkan dosa, tetapi perayaan yang sesuai Firman Tuhan, tetapi disertai EVALUASI dan PERENCANAAN.
XIV. ORANG KETIGA DAN SETERUSNYA DALAM HUBUNGAN BERPACARAN
Bagian ini cukup penting mengingat adanya prinsip SESAT seperti yang sudah diutarakan pada bagian IX. Mungkin sebelum kita berpacaran, kita dekat dengan banyak lawan jenis, tetapi jika kita sudah berpacaran, kita harus ADA JARAK LEBAR dengan Teman, bahkan Sahabat kita yang berlawanan jenis, tetapi harus tetap berteman dalam kasih Kristus dan masih dapat menjalin kerja sama dalam pelayanan, dll. Contoh “jarak” adalah: dulu SMSan, tetapi sekarang tidak lagi, dulu sering pergi bersama-sama dengan lawan jenis, tetapi sekarang tidak lagi, harus IZIN pada pacar kita.
Akibat kurang mengerti dan acuh tak acuh pada topik ini adalah: dapat memicu keretakan hubungan, bahkan perpecahan. Tuhan Yesus sama sekali tidak suka dengan “orang ketiga”. Hal ini jelas dalam berbagai ayat (kel20:3, Yer7:18, 1Raja11:9, dll). “Orang ketiga adalah” api yang akan membakar keutuhan hubungan sampai pecah. Ini adalah alat setan jika kita membiarkannya.
Jika teman lawan jenis kita terus tidak mau jaga jarak, kita harus berani Tegas pada dia. Selain itu, ceritakan pada pasangan kita tentang teman lawan jenis kita agar tidak ada yang ditutupi, sehingga bisa menasihati kita apa yang harus dilakukan. Sekali lagi, kita harus bersikap terbuka dan mengakui apa adanya.
XV. MANAJEMEN PACARAN JARAK JAUH
Hubungan pacaran yang ideal adalah ada komunikasi dan pertemuan yang teratur. Jika kita punya pacar yang mungkin kerja atau sekolah di luar negeri, maka hubungan komunikasi dan pertemuan akan berkurang, apalagi kita juga tidak tahu keadaan pasangan kita karena perbedaan jarak. Jika kita belum berpacaran, maka sebaiknya jangan melangkah untuk berpacaran, lebih baik menunggu sambil minta hikmat Tuhan apakah dia benar jodoh kita. Jika jodoh, pasti Tuhan akan jagai, sehingga tidak sampai menjadi milik orang lain. Jika sudah berpacaran, jangan putus seperti yang dilakukan sebagian orang dunia, tetapi ada nasihat untuk menjaga hubungan tetap harmonis dan langgeng sampai pernikahan, yaitu:
- HARUS ada komunikasi, bisa lewat internet, telp, surat, dll. Laki-laki yang sudah punya pacar harus berani korban uang komunikasi, tetapi tetap disesuaikan dengan budget, dll.
- Materi komunikasi harus lebih banyak kurikulum rohani dan sikon karena ini yang menguatkan hubungan kita daripada kurikulum jasmani (1Tim4:8). Kurikulum jasmani tetap boleh dipakai disela-sela kurikulum rohani.
Contoh: bicarakan Firman Tuhan, iman, nasihat, doa bersama ditelepon, dll. sambil sela-selanya ada hal-hal jasmani, seperti:”kamu sudah makan?, “kamu tambah cantik ya, aku semakin ingin ketemu”, dll.
- Sebisamungkin jika ada dana, pulanglah untuk bertemu pasangan kita, tetapi jangan dipaksakan sampai hutang. Masa pertemuan yang singkat itu harus digunakan sebaik mungkin untuk hal rohani karena dasar ikatan pacaran adalah Kasih Kristus (kol3:14. Pngkh4:12).
- Masing-masing harus menjaga kehidupan rohani, seperti saat teduh, ibadah, dan pelayanan karena hal ini yang akan menguatkan kita untuk tetap setia. Disamping itu, tiap hari kita harus mendoakan pasangan kita agar Tuhan pelihara dan menjaga untuk tetap setia.
XVII. PERBEDAAN UMUR DALAM BERPACARAN
Kita harus minta hikmat Tuhan dan bertanya ke orang tua dan pemimpin agar menjadi peneguhan kita. Idealnya memang laki-laki lebih tua daripada perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan, yaitu:
- Perempuan lebih tua dari laki-laki, bahkan jauh lebih tua
Pertimbangkan karena perempuan lebih cepat tua dan menopause. Perempuan juga ingin laki-laki menjadi kepala dalam rumah tangga yang bisa memimpin. Jika laki-lakinya kekanak-kanakan, maka akan jadi duri tersendiri.
- Laki-laki jauh lebih tua dari perempuan (misal: 10tahun keatas)
Masih boleh, contoh:Abraham dan sarah (Kej17:17), asalkan laki-laki bisa memahami sifat kekanak-kanakan perempuan dan perempuan bisa memahami kedewasaan laki-laki. Ini perlu faktor saling mengalah.
Semuanya ini tidak masalah asalkan menanggung segala konsekuensi yang ada dan tetap harus sesuai dengan Firman Tuhan yang sudah diterangkan pada bagian II dan bagian III.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Forum Pertanyaan...Saya akan menjawabnya.


ShoutMix chat widget