Kamis, 31 Desember 2009

“JOHAN (JODOH DALAM TUHAN)” PART-3

XVIII. PENDEKATAN YANG ALKITABIAH
Dalam zaman sekarang ini, kita sering mendengar istilah “pendekatan” yang dilakukan sebelum berpacaran. Istilah ini harus didefinisikan menurut Firman Tuhan. Pendekatan adalah Pengujian terhadap lawan jenis (1Tes5:21TL). Berpacaran adalah pernyataan cinta ilahi kita kepada pasangan yang kita kasihi. Jadi, kita membuktikan kita cinta pada pasangan kita dengan cara berpacaran. Mengapa memakai istilah cinta ilahi?karena cinta yang kita nyatakan adalah cinta ilahi, bukan cinta nafsu atau main-main saja. Jadi, istilah cinta dalam Firman Tuhan tidak sama dengan istilah dunia. Pernikahan adalah peneguhan cinta kita kepada pasangan kita dengan mempersatukan diri menjadi satu (1+1=1) di dalam Tuhan dan tidak bisa diceraikan oleh apapun juga(Mat19:6).

Image Hosted by ImageShack.us


Tahap yang paling awal adalah tahap pengujian, yaitu pendekatan. Jika kita ada perasaan cinta pada lawan jenis, jangan langsung dinyatakan, tetapi ujilah dahulu pasangan kita apakah dia jodoh dari Tuhan atau tidak. Jangan sampai kita salah memilih, sehingga terjadi hal-hal yang merugikan, bahkan terpaksa diputuskan. Pendekatan ini biasanya laki-laki yang mendahului, tetapi pihak perempuan yang didekati juga harus menguji laki-laki yang mendekatinya. Jadi, pendekatan ini dilakukan oleh kedua pihak. Pendekatan yang alkitabiah berbeda dengan pendekatan dunia. Orang dunia menggunakan cara-cara jasmani untuk memikat lawan jenis, seperti: memberikan hadiah, merayu, mulut gombal, dll, bahkan ada yang menggunakan hal-hal jahat, seperti uang, kuasa gelap, dll. Hal-hal ini tidak membuat pengujian menjadi valid karena kita tidak bisa mengetahui isi hati orang yang kita sukai, akhirnya pahit pada waktu berpacaran.
Kasus: ada wanita yang cinta laki-laki, pendekatan hanya sebentar (penulis tidak tahu waktu yang tepat) dengan pendekatan dunia. Akhirnya setelah berpacaran, ternyata laki-laki tersebut adalah laki-laki yang kasar. Akibatnya, pacaran penuh dengan tangisan dan hanya seumur jagung karena sering bertengkar.
Cara pendekatan yang alkitabiah adalah:
a. Mulailah dengan perkara-perkara rohani
Kita harus masuk dalam perkara rohani terlebih dahulu karena hal ini yang paling penting. Jika bagian ini tidak valid, maka jangan diteruskan (2Kor6:14). Kita harus uji apakah orang yang kita kasihi ini benar-benar cinta Tuhan dengan sungguh-sungguh atau hanya main-main. Banyak orang Kristen, tetapi belum tentu ada imanuel di dalam dirinya. Caranya adalah: kita bisa membicarakan tentang hal-hal rohani. Contohnya: memberi sms ayat, setiap kali bertemu selalu ada pembicaraan Firman Tuhan, pelayanan, di ajak ke gereja, dll. Setelah itu, kita melihat responnya. Jika keluar perkataan, misalnya “kamu kok selalu bicara Alkitab, bosan!”, “kok perginya selalu ke gereja, bosan!”, dll. Ini tanda bahwa orang yang kita kasihi tidak tahan diberi perkara-perkara rohani. Kita harus berpikir 2 kali apakah dia jodoh dari Tuhan. waktu pengujian bagian ini juga tidak sebentar, harus ada tenggang waktu untuk melihatnya karena mungkin bisa berpura-pura, iblis saja menyamar menjadi malaikat terang(2Kor11:14). Minta pimpinan Roh Kudus karena Dia akan membawa kepada segala kebenaran (Yoh16:13). Dia akan menyatakan yang tersembunyi (Luk12:3).
Mengapa harus memulai dengan perkara rohani?
• Ini adalah syarat mutlak mengetahui jodoh dalam Tuhan.
Allah pasti memberi jodoh yang terbaik karena Dia adalah Bapa yang baik (Mat7:11). Jadi, orang yang diberikan Allah bagi kita pasti adalah orang yang cinta Tuhan, sehingga menjadi pasangan yang seimbang(2Kor6:14) dan penolong yang sejodoh (Kej2:18).
• Untuk menghindari sakit hati/sedih jika ditolak
Memulai dengan perkara rohani mempunyai 2 keuntungan, yaitu dia menjadi senang dengan kita atau kita menjadi berkat karena membagi-bagi makanan (Mat25:45,46), istilahnya kita menjadi berkat bagi orang yang kita kasihi. Jadi, jika dia menolak cinta kita, maka kita tidak akan sakit hati karena kita masih bisa menjadi berkat, itu sudah CUKUP. Perkara rohani ini bukan PANCINGAN, tetapi ini ALKITABIAH. Pendekatan cara-cara dunia bisa berakhir dengan kesedihan, bahkan kekecewaan karena orang dunia hanya menyalurkan cinta saja, tetapi kita menyalurkan cinta serta berkat Kristus. Jadi, kita tidak akan sakit hati jika ditolak. Kita masih bisa menjadi teman, bahkan masih bisa menyalurkan berkat Kristus walaupun cinta kita ditolak. Ini bedanya dengan pendekatan dunia dengan pendekatan yang alkitabiah.
b. Lanjutkan dengan pencocokan sifat dan karakter
Jika orang yang kita kasihi masih kekanak-kanakan, emosi masih labil, dll, perlu berpikir 2 kali untuk menyatakan cinta. Jadi, pendekatan ini berguna untuk melihat sifat calon pasangan kita secara overall. Kita mempunyai Roh Kudus untuk membuka dan menunjukkan apa yang tersembunyi, sehingga kita tidak sampai salah jalan(Yoh16:13), asalkan kita mau dipimpin Roh. Kita tidak melakukan pendekatan secara buta, hanya memikirkan fisik luar, seperti orang dunia. Kita harus punya mata yang celik, sehingga bisa melihat dengan jelas pimpinan Roh Kudus.
c. Boleh diakhiri dengan perkara-perkara jasmani
Hal jasmani ini biasanya mencakup materi, uang, latar belakang orang tua, dll. Jangan melihat perkara jasmani ini dengan kacamata manusia, tetapi lihatlah dengan kacamata ilahi karena Tuhan tahu persis masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jika memang yakin jodoh dari Tuhan, terimalah apa adanya tanpa melihat perkara jasmani ini karena kita tidak tahu masa depan, sedangkan Tuhan mengetahuinya(Yer29:11). Kita boleh melihat hal-hal jasmani, tetapi jangan menjadi patokan mutlak dan keharusan. Belajar dipimpin Roh Kudus.
Kasus1: ada orang laki-laki senang dengan perempuan yang kaya, tetapi dia seorang yang tidak kaya. Si perempuan mau menerima apa adanya karena mungkin si perempuan melihat laki-laki ini cinta Tuhan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Setelah menikah, Tuhan nyatakan kemuliaannya, laki-laki ini menjadi orang yang sangat kaya dan mempunyai harta yang banyak.
Kasus2: ada orang laki-laki(A) yang senang dengan perempuan. Dia bukan orang kaya dan dia menggunakan pendekatan dunia untuk memikat si perempuan, yaitu membawa mobil yang menunjukkan seolah-olah dia orang kaya. Ada laki-laki lain(B) yang juga miskin, tetapi tidak berbohong untuk memikat si perempuan. Si perempuan hanya melihat kekayaan saja akhirnya mau berpacaran dengan laki-laki(A). Setelah menikah, barulah tahu kalau laki-laki tersebut membohongi si perempuan, sedangkan laki-laki(B) ternyata menjadi orang sukses dan kaya.
Kasus3: ada laki-laki yang senang dengan perempuan. Dia bukan orang kaya, tetapi si perempuan mau menerima apa adanya karena laki-laki ini cinta Tuhan, bertanggung jawab, dll. Pada waktu menikah, mereka tetap hidup sederhana, tetapi keluarga ini sangat menikmati, penuh kasih, dll karena yang terpenting adalah Yesus, bukan Harta. Keluarga ini tidak pernah berkekurangan, hutang, dll karena Tuhan yang memberkati, bahkan akhirnya pelan-pelan bisa membeli mobil.

XIX. MANAJEMEN PENOLAKAN CINTA
Jika kita disenangi oleh lawan jenis, sedangkan kita tidak menyukainya, maka harus ada hal-hal yang dilakukan untuk menolaknya, yaitu:
- Jangan memberi harapan pada orang yang senang pada kita. Seringkali orang memberi harapan dengan cara masih sering menerima telepon, sering SMSan, memberi perhatian, menganggapi perhatian, dll. Hal ini akan membuat pahit dan menjadi batu sontohan(Rom2:24) pada akhirnya. Lebih baik “sakit” di awalnya daripada “pahit” pada akhirnya. Jika kita memang mau menguji terlebih dahulu, maka berilah batas dalam menganggapi. Ingat!lebih mudah mencabut tunas yang kecil daripada pohon yang besar.
- Tetap berteman dan tetap dapat menjalin kerja sama dalam pelayanan, dll. Jangan dijauhi, tetapi tetap bersikap biasa seperti tidak ada apa-apa.
- Jika dia menyatakan cinta pada kita, sedangkan kita tidak menyukainya, maka kita harus mengatakan dengan jujur dan dengan lembut hati(Ams15:1), minta kata-kata Roh Kudus agar tidak salah bicara dan membuat pecah hubungan pertemanan.

XX. HUBUNGAN PASANGAN DENGAN CALON MERTUA DAN SAUDARA
Dalam membina hubungan berpacaran, bagian ini seringkali diabaikan, sehingga dapat menyebabkan kepahitan pada akhirnya. Hubungan pasangan dengan calon mertua dan calon saudara itu sangat penting untuk mencapai hubungan berpacaran yang harmonis serta pernikahan yang kudus dan damai sejahtera. Pembinaan hubungan ini harus dimulai sejak masa pacaran karena untuk menumbuhkan cinta itu memakan waktu. Jadi, harus ditumbuhkan mulai sejak berpacaran.
Ada 3 bagian nasihat yang bisa kita responi, yaitu:
a. Bagian tentang pengajaran Firman Tuhan dan Keselamatan Mutlak
Bagian ini harus kita saring baik-baik. Jika kita dinasihati untuk mengubah pandangan iman, seperti pindah agama, ikut Ching Bing, dll, maka dengan tegas kita menolaknya walaupun ada resiko tidak direstui. Jangan takut tidak direstui karena Tuhan yang membela(Rom8:31). Hal ini sudah diterangkan pada Johan Part1 bagian II. Lebih baik kehilangan pacar daripada kehilangan keselamatan kekal(Mat16:26).
Jika kita dinasihati dengan pengajaran yang berbeda dengan pengajaran dari gereja kita, maka kita harus terangi dengan Firman Tuhan apakah pengajaran itu benar atau tidak. Tetap pegang pengajaran gereja kita (Rom16:17). Kita juga bisa berdiskusi dengan pemimpin rohani tentang perbedaan pengajaran ini. Jika pengajaran itu benar, maka bisa kita terapkan, tetapi jika pengajarannya salah, maka kita harus menolaknya dengan sharing bersama. Prinsipnya jangan berdebat (1Kor11:16), tetapi sharing. Jika mereka berkeras hati, maka kita juga jangan mengikuti pengajaran mereka walaupun ada resiko-resiko tertentu. Maka dari itu, dalam mencari jodoh, lebih baik keluarga berada dalam satu gereja agar pengajarannya tidak berlainan meskipun hal ini bukan merupakan hal yang mutlak dilakukan.
b. Bagian tentang perkara-perkara rohani
Bagian ini lebih mengarah ke sifat dan karakter. Jika kita dinasihati untuk mengubah sifat kita yang jelek, maka kita harus menurut karena yang bisa melihat kejelekan kita adalah orang lain (Mat7:1-5). Jangan keras hati(Ibr3:15) jika orang lain menegor kita. Itu adalah perkataan Tuhan agar kita berubah menjadi seperti Kristus. Ditegor itu sakit bagi daging, tetapi kita akan semakin dimurnikan menjadi seperti Kristus. Jika tegoran tersebut tidak benar, jangan kita marah, tetap sabar dan ampuni. Anggap saja kita diingatkan untuk tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Jadi, apapun nasihatnya, kita terima dengan baik.
c. Bagian tentang perkara-perkara jasmani
Bagian ini lebih mengarah ke hal-hal fisik, seperti cara makan, cara berpakaian, cara bicara, dll. Setiap orang mempunyai pandangan tersediri tentang hal ini. Kita bisa mengikuti hal-hal yang netral ini asalkan tidak melanggar Firman Tuhan. alangkah indahnya jika kita menurut apa kata calon mertua kita karena tidak dosa, sehingga calon mertua kita senang dengan kita. Berusahalah untuk menurutinya dengan pimpinan Roh Kudus, Dia yang akan menyertai dan menolong kita.
Contoh: cara bicara yang sering memakai bahasa jawa ngoko. Sebaiknya kita mengubah untuk menyenangkan calon mertua. Bahasa ngoko tidak berdosa, tetapi jika hal tersebut bisa mendatangkan berkat, mengapa kita tidak melakukannya?
Contohlah paulus yang rela berbuat sesuatu untuk menjadi berkat walaupun sebenarnya tidak salah (1Kor8:13).
Ada nasehat dalam membina hubungan ini, yaitu Seringlah mengunjungi rumah pasangan kita (istilahnya: Apel). Orang yang sudah mengambil komitmen untuk berpacaran harus berani mendatangi rumah pasangannya dengan frekuensi yang teratur, misalnya seminggu 2 kali. Bagi laki-laki, ajaklah pasangan untuk berkunjung ke rumah, selain laki-laki berkunjung ke rumah perempuan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mendekatkan calon mertua dan calon saudara-saudara kepada pasangan kita, sehingga pasangan kita bisa mengetahui sifat masing-masing dan menumbuhkan cinta. Jika ada perasaan tidak senang, maka harus ada komunikasi yang baik. Kita harus aktif bertanya kepada orang tua kita dan saudara kita tentang pasangan kita, kejelekan dan kebaikannya. Demikian juga kita harus aktif bertanya pada pacar kita tentang keluarga kita. Jangan sampai perasaan tidak senang dibiarkan, ini dosa di mata Tuhan. jadi, kita harus membuang perasaan tidak senang ini.
Jika ada ketidaksenangan dari keluarga terhadap pasangan kita, maka kita WAJIB memberitahu kepada pasangan kita dengan pimpinan Roh Kudus dan dengan kasih (1Tim1:5). Kita tidak boleh langsung memarahi atau berkata-kata negatif kepada pasangan kita (1Tim5:22), nanti timbul pertengkaran. Kita sendiri jika mendapat nasehat atau tegoran dari keluarga pacar kita juga harus menerima dengan hati yang terbuka, mau dinasihati dan dibentuk, tetapi tetap pegang prinsip cara respon alkitabiah yang sudah diterangkan di atas. Contoh: saat makan malam, pasangan kita tidak menyilangkan sendok dan garpu setelah dia makan. Keluarga kita menganggap itu tidak sopan. Kita bisa memberitahu pasangan kita, tetapi tidak di depan keluarga agar tidak mempermalukan pasangan kita (Ams15:23). Jika kita yang mendapat tegoran ini, maka sebaiknya kita memperbaikinya karena ini termasuk bagian perkara jasmani yang tidak dosa. Jadi, respon kita harus mau berubah.
Jika ada ketidaksenangan dari pasangan kita terhadap keluarga kita, maka kita WAJIB memberitahu pasangan kita agar menerima apa adanya dan harus mau mengampuni. Kita masih bisa memberitahu keluarga, tetapi dengan pimpinan Roh Kudus agar tidak salah berkata-kata(Luk12:12). Perlu diingat!!Kita jangan menyangkutkan nama pasangan kita, nanti terjadi bisa memunculkan pertengkaran. Contoh: pasangan kita melihat orang tua kita emosinya tinggi. Kita bisa memberitahu mereka dengan membawa nama kita, misalnya “papa kok saya rasa emosinya tinggi ya, ayo diubah pa, Tuhan tidak senang dengan orang yang mudah marah”.
Jika ada ketidaksenangan kita terhadap keluarga pasangan kita, maka kita bisa memberitahu pasangan kita dengan lemah lembut(Ams15:1), minta kata-kata dari Roh Kudus (Luk12:12), dan harus mau mengampuni. Jangan sampai kata-kata kita salah, tetapi sampaikan di waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan hanya saat berdua dengan pasangan kita(Ams15:23), sehingga hanya kita dan pasangan kita saja yang tahu(Mat18:15). Diharapkan kita bisa membina hubungan dengan keluarga pasangan kita dengan baik dan harmonis, sehingga saat menikah sudah tidak terlalu banyak konflik. Kita harus mau mengampuni kekurangan keluarga pasangan kita.

XXI. PERSIAPAN SEBELUM PERNIKAHAN
Seperti yang sudah sering dikatakan sebelumnya, pacaran itu tujuannya adalah menikah. Jadi, kita harus berpikir persiapan pernikahan sejak kita mulai menyatakan cinta kita kepada pasangan kita. Bagi laki-laki, hal ini menjadi tanggung jawab yang besar daripada perempuan walaupun perempuan tetap juga harus membantu laki-laki dalam mempersiapkan pernikahan karena perempuan diciptakan sebagai penolong yang sejodoh (Kej2:18TL). Maka dari itu, pacaran bukan ajang main-main, tetapi banyak hal yang harus dipikirkan mulai hari pertama berpacaran. Adapun persiapan yang harus dilakukan adalah:
a. Persiapan Jasmani ==> Manajemen uang (Ams24:27)
Persiapan jasmani ini menjadi pemikiran yang cukup serius, tetapi tetap dahulukan kerajaan Allah dan kebenarannya, maka kita tidak perlu kuatir akan hal ini karena Tuhan akan memelihara kita (mat6:25-34). Kita memerlukan manajemen uang untuk mempersiapkan pernikahan. Prinsipnya di Lukas 14:28, yaitu harus ada perhitungan yang jelas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen uang, yaitu:
- Harus bisa berpada (1Tim6:8TL)
Kita harus bisa mencukupkan diri dengan apa yang ada. Jangan bertuhankan perut(Fil3:19) atau terikat dengan dunia ini, seperti fashion, mobil, trend, dll (1Kor7:31). Orang yang tidak bisa berpada, maka tidak bisa melakukan manajemen uang dengan baik. Ada uang, langsung dihabiskan. Kita yang sudah berpacaran, harus berpikir panjang. Kita sudah tidak boleh berpikir seperti orang yang masih bujang. Jika ada uang lebih, memuaskan keinginan masih tidak apa-apa, tetapi jika uang sudah cukup, jangan mengambil uang tabungan, sehingga tidak ada yang ditabung. Selain itu, jangan ingin pernikahan mewah jika memang uang tidak cukup, bahkan tidak pestapun tidak masalah jika memang sangat terpaksa tidak ada uang untuk pesta. Jangan sampai kita menikah dengan berhutang, Ini bukan berpada.
- Tidak perlu kuatir (Mat6:34)
Jangan kuatir jika gaji kita masih sedikit. Tuhan sanggup melipatgandakan asal kita mendahulukan Tuhan(Mat6:33). Banyak orang kuatir bahwa mereka akan kesulitan untuk menikah karena gajinya yang sedikit. Tuhan tahu waktu yang tepat dimana kita bisa menikah karena Tuhan menghitung rambut di kepala kita dengan teliti(Mat10:30). Pokoknya kita harus bekerja dengan keras dan tanggung jawb, nanti jika sudah waktunya tiba, maka segala persiapan akan Tuhan cukupi(Rom8:32). Orang yang kuatir itu tidak percaya kuasa Allah, sehingga pekerjaan Allah tidak bisa nampak.
- Dipimpin Roh (Yoh14:17,26, Yoh16:13,15, Gal5:25)
Roh Kudus adalah manajer keuangan yang sempurna. Jika kita dituntun olehNya, maka keuangan kita akan dibuat efektif dan efisien. Barang-barang yang tidak berguna untuk dibeli, Roh Kudus bisa ingatkan, sehingga tidak salah membeli. Disamping itu, Roh Kudus bisa menunjukkan sumber-sumber yang bisa menghasilkan uang (pekerjaan yang tepat, proyek-proyek yang tepat, dll). Oleh karena itu, belajar taat dan dipimpin Roh Kudus, Dialah Allah pribadi yang menyertai kita.

Rumus yang dipakai dalam manajemen uang:
Image Hosted by ImageShack.us
untuk menghitung nilai masa depan dari masa sekarang (Rumus 1.1)
Keterangan:
F = nilai uang di akhir periode ke-n
P = nilai mata uang sekarang
n = jumlah periode
i = tingkat suku bunga

Image Hosted by ImageShack.us
untuk menghitung tabungan tiap periode jika menginginkan suatu nilai di masa depan (Rumus 1.2)
Keterangan:
A = nilai uang yang harus ditabung pada tiap periode sampai periode ke-n
F = nilai uang di akhir periode ke-n

Langkah-langkah manajemen uang:
1. Tentukan semua biaya pernikahan yang akan dikeluarkan dengan menggunakan patokan harga saat ini.
Hal ini harus ada perhitungan yang jelas dan teliti agar didapatkan suatu nilai yang tepat, sehingga bisa direncanakan kapan waktu yang tepat untuk menikah. Biaya pernikahan meliputi:
- Biaya lamaran (hal ini bisa dihitung secara terpisah dengan langkah-langkah ini)
- Biaya pesta pernikahan (ini termasuk mungkin biaya Event Organizer, tukang foto, kartu undangan, tart, gedung, dll)
Ada orang yang ingin pesta besar-besaran, tetapi ada yang ingin sederhana saja, bahkan tidak perlu pesta, hanya catatan sipil dan pemberkatan di gereja saja.
- Biaya baju pengantin/kebutuhan sandang (ini juga termasuk mungkin biaya sewa mobil, baju, sepatu, dll)
Ada orang yang ingin pakaian pernikahannya mewah, tetapi ada yang sederhana.
- Biaya rumah/kebutuhan papan.
Ada orang yang ingin kontrak, ada yang ingin mencicil rumah dengan KPR (Kredit Pemilikan Rumah), ada yang ikut orang tua.
Jika kontrak, maka dimasukkan biaya sewa tiap bulan selama ±3 bulan. Jika Kredit, maka dimasukkan biaya cicilan selama ±3 bulan. Kita harus memasukkan biaya sewa/kredit selama ±3 bulan untuk berjaga-jaga agar mempunyai cadangan uang jika terjadi apa-apa diawal pernikahan, misalnya biaya rumah tangga yang membengkak, dll. Jika membeli tunai, maka langsung dimasukkan total harga rumah. Prinsipnya tetap jangan kuatir, tetapi ini hanya berjaga-jaga sesuai kapasitas kita. Tuhan memberi kita otak untuk berpikir. Kita bisa bertanya Tuhan tentang berapa bulan kita harus menyimpan uang rumah ini karena Dia tahu ukuran yang tepat, tidak meleset sedikitpun.
- Kebutuhan pangan saat menjadi suami istri
Ini harus diperhatikan, mungkin minimal ±6 bulan ke depan sudah ada simpanan uang untuk berjaga-jaga. Prinsipnya sama dengan kebutuhan papan.
2. Tentukan total gaji, baik itu pihak laki-laki, maupun pihak perempuan. Jika laki-laki mau membiayai semuanya, maka tidak perlu disertakan gaji dari pihak perempuan. Gaji tersebut harus disisihkan setiap bulan menjadi tabungan aktual Hal ini dilakukan untuk membandingkan dengan tabungan harapan.
Ini menjadi ukuran mutlak dalam persiapan pernikahan. Oleh karena itu, saat pertama kali berpacaran, kita harus dapat mengelola uang dengan baik agar tidak berat di akhirnya.
3. Pakai rumus 1.1 untuk menghitung total pengeluaran di masa yang akan datang.
Simbol i diisi dengan tingkat inflasi (asumsi inflasi tidak berubah dari waktu ke waktu)
Simbol n diisi lama berpacaran sampai waktu mau menikah
Simbol P diisi dengan nilai pada langkah ke-1
4. Pakai rumus 1.2 untuk menghitung besar uang yang minimal seharusnya ditabung pada tiap tahunnya (tabungan harapan tiap tahun)
5. Pakai rumus 1.2 untuk menghitung besar uang yang minimal seharusnya ditabung pada tiap bulannya (tabungan harapan tiap bulan)
6. Membandingkan tabungan aktual pada langkah ke-2 dengan tabungan harapan pada langkah ke-5.
Jika terjadi perbedaan, maka waktu pernikahannya bisa diundur atau dimajukan, sehingga terjadi kecocokan dalam tabungan aktual dengan tabungan harapan. Kita bisa memainkan nilai n untuk membuat keputusan.

Contoh:
1. Total Pengeluaran
Kualitas pesta
Image Hosted by ImageShack.us

Image Hosted by ImageShack.us

Keterangan: harga-harga di atas adalah perkiraan saja.
2. Total tabungan/bulan aktual
Total gaji/bulan laki-laki= Rp2.500.000
Total gaji/bulan perempuan= Rp 2.500.000
Total pendapatan=Rp5.000.000
Total yang di tabung masing-masing Rp1.750.000, jadi total keduanya Rp3.500.000
*Asumsi suami istri bekerja dengan gaji yang diasumsikan juga sama.

3. Jika kita ingin menikah 6 tahun lagi, maka kita memerlukan uang sebesar
Asumsi tingkat inflasi 8%/tahun tidak berubah.
Image Hosted by ImageShack.us
= Rp194.233.418
4. Uang yang harus ditabung tiap tahunnya adalah Image Hosted by ImageShack.us
= Rp23.934.553
*Asumsi Suku bunga bank ±12% / tahun

5. Uang yang harus ditabung tiap bulannya adalah Image Hosted by ImageShack.us
=Rp1.887.211
*Suku bunga bank ±12% / tahun = 1% / bulan

6. Perbandingan tabungan aktual dengan tabungan harapan masih lebih besar tabungan aktual, maka kita layak menikah 6 tahun lagi sejak memutuskan untuk berpacaran. Rp3.500.000 > Rp1.887.211

Kita tentu menyadari bahwa ini tidak bisa dilakukan dengan mulus seperti perhitungan di atas kertas, pasti terjadi fluktuasi, apalagi jika pemasukan kita tidak tetap, tetapi hal ini bisa menjadi patokan kita dalam mempersiapkan pernikahan.

b. Persiapan Rohani
Hal ini juga menjadi hal yang sama pentingnya, bahkan ini menjadi kunci kesiapan pernikahan. Bagi Tuhan, uang dalam pernikahan tidak sulit sama sekali. Dia sanggup memberi dengan seketika. Contohnya Israel waktu keluar dari tanah mesir. Saat mereka sudah siap, maka kebutuhan jasmani (emas, perak, dll) diberi Tuhan seketika dengan sangat banyaknya (Kel12:35,36) walaupun tetap kita harus bekerja keras dan tidak boleh malas (1Tes3:10). Hal-hal apa yang harus dipersiapkan dari segi-segi rohani:
- Siap menjadi 1+1 = 1
Ini pokok yang penting, yaitu kemauan dan kesiapan menjadi satu dan tidak boleh dipisahkan oleh apapun(Mat19:6). Ini berarti bahwa suami menjadi kepala dan istri menjadi tubuh(Ef5:23). Jadi, istri harus mau tunduk dan hormat pada suami(Ef5:22), sedangkan suami harus mengasihi istri seperti mengasihi tubuhnya sendiri(Ef5:25,28,29). Segala harta, dll termasuk orang tua harus menjadi satu. Orang tua laki-laki juga adalah orang tua perempuan, begitu juga sebaliknya. Jadi, harus ada cinta seperti mencintai orang tua sendiri sebagaimanapun jeleknya orang tua pasangan kita.
- Siap menjadi Bapak dan Ibu
Orang yang sudah menikah harus siap menjadi bapak atau ibu jika dikaruniai anak. Mereka bertanggung jawab untuk mendidik anak agar menjadi suatu keturunan ilahi(Mal2:15), yaitu anak-anak yang cinta Tuhan, sehingga menjadi penghuni sorga. Jangan seperti ahli taurat yang mencari pengikut, tetapi dijadikan penghuni neraka yang dua kali lebih jahat dari dirinya (Mat23:15). Tuhan akan hukum orang tua yang tidak bertanggung jawab, seperti imam eli(1Sam2:29-30).
- Kematangan karakter dan tabiat, seperti tanggung jawab, disiplin, rajin, dll.
Sifat-sifat Kristus harus kita matangkan agar pernikahan menjadi kesukaan, bukan lembah air mata. Jika kerohanian sudah matang, maka masalah apapun yang menghantam bahtera pernikahan, maka kita akan bisa mengatasinya dengan baik bersama Tuhan, tidak akan sampai merusak pernikahan sebagai akibat tabiat kita yang tidak baik. Memang mungkin tidak bisa sempurna, tetapi kita berusaha untuk menjadi seperti Kristus. Laki-laki harus memiliki rohani yang matang agar menjadi berkat dalam Rumah tangga(Maz128:1-6). Demikian juga perempuan harus memiliki rohani yang matang juga, seperti setia, rajin, tunduk, mulutnya baik, dll agar menjadi berkat bagi keluarganya (Ams31:10-31). Kita bisa berbicara berdua tentang hal ini. Jika memang kita berdua merasa sudah matang secara rohani, maka kita bisa siap menikah. Hanya kita yang bisa merasakan kematangan ini. Roh Kudus akan menuntun kita. Jadi, belajar taat dipimpin Roh Kudus(Gal5:25).

XXII. KESIMPULAN
Pernikahan yang Kudus dimulai dari pacaran yang kudus. Pacaran yang kudus dimulai dari pendekatan yang kudus. Pendekatan yang kudus dimulai dari pertemanan yang kudus. Pertemanan yang kudus dimulai dari hidup yang kudus. Jangan pernah meremehkan hidup yang kudus. Seringkali orang berpikir bahwa nanti jika sudah menikah baru hidup kudus, orang itu akan terlambat, pernikahannyapun tidak akan kudus. Jangan terburu-buru mencari jodoh, tetapi milikilah hidup yang indah dan berkenan dengan Tuhan, maka Jodoh dalam Tuhan akan kita dapatkan(Maz1:1-3). Tuhan memberkati.


Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
1Korintus 2:9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Forum Pertanyaan...Saya akan menjawabnya.


ShoutMix chat widget